Apa yang dilakukan pemuda kampung dalam membela pasar tradisionalnya? Itulah yang nampak dalam serangkaian kegiatan festifal Gandrung Kampung jilid 2. Para pemuda yang tergabung dalam Sanggar Sinau Sareng Sekar Gandrung dan Sekar Kampung meramaikan acara tersebut demi mengangkat citra pasar tradisional Kembang yang sampai hari ini masih terpuruk.
Rangkaian Gandrung Kampung yang dimulai pada 25 hingga 28 April tersebut diawali dengan acara Talkshow dengan tajuk “Cinta Pasar Tradisional”. Hadir sebagai nara sumber utama dalam acara ini (1) M. Kholif Mukafi petinggi Karangrandu Pecangaan, (2) H. Ahmadi sesepuh warga Kembang, (3) Ony Sulistijawan camat Kembang.
Alasan utama mengundang petinggi Karangrandu, menurut panitia, tidak lain karena kesuksesannya dalam
mengembangkan pasar desa Karangrandu. Dari keadaan semula (3 tahun lalu) yang bisa dikatakan “mati enggan hidup tak mau”, kini pasar Karangrandu menjadi salah satu tujuan utama dalam belanja kuliner di
Jepara.
Talkshow yang dimoderatori oleh Nur Yadi dan dihadiri oleh 38 orang ini tak berlebihan jika dikatakan mampu menumbuhkan rasa cinta pada pasar tradisional. Apa indikasinya? Seusai acara tersebut, setelah
pemutaran video Gandrung TV yang menunjukkan bagaimana Mak Sami memproduksi jajanan pasar klepon
dan cetot, tak kurang dari delapan bapak-bapak (Muslikan, H. Ahmadi, Bambang, Suharmanu, H. Muji, Nur Yadi, Nasuka, dan Ma’ruf) sepakat untuk membentuk dan menyatukan diri mereka dalam tim pengembangan pasar tradisional Kembang. Bahkan tak hanya itu, mereka juga mencita-citakan adanya stasiun radio di Kembang. Mereka meminta Sekar Kampung untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan tim tersebut dalam waktu dekat.
Peserta yang hadir pada Talkshow tersebut tidak hanya dari warga Jinggotan saja, tapi juga jejaring Jepara Ideas Share (gabungan komunitas mandiri antar desa). Di antaranya yang hadir adalah komunitas Nurul Khoir desa Jerukwangi (6 orang), Gamapetra desa Kepuk (3 orang), dan Balai Belajar Bersama desa Banjaragung (1 orang).
Jepara Ideas Share ini terbentuk sejak setengah tahun lalu, dengan tujuan untuk menggalang persatuan, sinergi, saling apresiasi, dan membantu antar sesama komunitas yang telah memiliki nyali kemandirian. Sampai saat ini telah diikuti oleh 10 komunitas di 8 desa.
Malam-malam berikutnya 26-27 April adalah malam hiburan berupa parade band dan pentas seni. Setidaknya 11 grup band yang ada di Kembang dan sekitarnya ikut memeriahkan acara ini. Kunir Asem, Melati, Flery Band, Anderline, Zogas, Orizinal Band, Astro Boy, Ramesty, Denies the Fanky, dll.
Berpartisipasi dalam malam pentas seni (27 April, malam Sabtu), group dance Yomelis Wivi, Swetty Girls, Dansvi, dan F2i.
Pada Sabtu pagi dijadwalkan acara jalan sehat dan pembagian hadiah. Sayangnya, acara ini tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Akhirnya hanya bagi-bagi hadiah yang berlangsung meriah.
Beberapa kritikan
Kiranya tak ada yang menyangkal bahwa festifal Gandrung Kampung kali ini berlangsung sangat meriah. Terutama pada malam puncaknya dengan kehadiran grup band Gestapu dari Yogyakarta, dengan panggungnya yang megah, dan penampilannya yang menghentak.
Hanya saja ada kritik yang menarik untuk keberlangsungan acara festifal tsb. Kritik datang dari teman-teman Gamapetra Kepuk: “Mengapa acaranya lebih berkesan hura-hura, sekedar hiburan. Bahkan pada malam
Jum’at dan Sabtu (26-27 April) nyaris tak terdengar kata-kata pasar dari pembawa acara. Padahal acara ini dimaksudkan untuk mengangkat citra pasar tradisional? Kalau sekedar begini saja, setiap orang yang berduit kan pasti bisa bikin?”
Kritik ini benar sekali adanya, dan harus diterima oleh panitia sebagai kritik yang membangun.Semoga di waktu-waktu mendatang bisa memicu perbaikan-perbaikan konsep acara dan segala persiapan.
Gestapu yang memukau
Untung saja acara festifal ini terselamatkan dengan acara bagi-bagi hadiah yang sangat meriah di tengah-tengah para pengunjung pasar pada Sabtu pagi (28 April).
Dan malamnya lebih menghibur lagi, karena orator grup band Gestapu banyak sekali menyinggung soal pasar. Secara prinsip, Gestapu sangat mendukung ekonomi kerakyatan di mana pasar tradisional menjadi gerbongnya. “Pasar tradisional adalah gerbong demokratisasi ekonomi. Dan ini harus terus diperjuangkan kalau tidak mau terlindas oleh kapitalisme pasar,” ujar Marwan personil Gestapu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !